Jumat, 23 Januari 2015

Kendalikan Amarahmu


 بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ

 "Sabar itu lebih pahit daripada empedu. Tetapi akibatnya lebih manis daripada madu"

Siapapun kita, tentu pernah merasakan marah, bahkan terkadang tidak bisa mengendalikan diri karena emosi yang sudah memuncak. Memang sifat marah merupakan tabiat manusia, karena mereka memiliki nafsu yang cenderung ingin selalu dituruti dan tidak mau ditolak keinginannya.

Di antara hikmah Allah Tabaraka wa Ta’ala adalah Dia menciptakan sifat marah untuk para hamba-Nya. Sifat marah Allah berikan kepada seorang hamba agar hamba tersebut bisa melindungi dirinya dari bahaya yang akan menimpanya. Seseorang menafsirkan marah sebagai ekspresi dari mendidihnya darah dan meluapnya emosi. Di dalam Islam, marah tidaklah mutlak dicela seutuhnya. Namun, Islam menjelaskan adanya larangan-larangan marah seabgai bentuk me-manage-nya agar tidak menjadi kemarahan yang tercela.

Dalam sebuah hadits yang shahih, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Barangsiapa yang menahan kemarahannya padahal dia mampu untuk melampiaskannya maka Allah Ta’ala akan memanggilnya (membanggakannya) pada hari kiamat di hadapan semua manusia sampai (kemudian) Allah membiarkannya memilih bidadari bermata jeli yang disukainya

Marah yang tercela adalah seseorang ketika meluapkan emosi kemarahannya bukan karena Allah. Bukan karena agama Islam. Dan tidak terdapat hikmah perbaikan dari kemarahannya tersebut. Ia marah hanya karena kepentingannya terhalangi dan tidak terwujud. Ia marah hanya karena tendensi-tendensi duniawi. Dan ia marah hanya karena kelompoknya diremehkan atau direndahkan. Marah yang demikian adalah marah yang dibenci oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Aisyah radhiallahu ‘anha mengatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah marah karena atau untuk dirinya. Namun apabila larangan-larangan Allah dilanggar, barulah beliau marah.

Orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang menafkahkan (harta mereka) baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (QS Ali ‘Imran:134).

Sifat marah merupakan bara api yang dikobarkan oleh setan dalam hati manusia untuk merusak agama dan diri mereka, karena dengan kemarahan seseorang bisa menjadi gelap mata sehingga dia bisa melakukan tindakan atau mengucapkan perkataan yang berakibat buruk bagi diri dan agamanya

Oleh karena itu, hamba-hamba Allah Ta’ala yang bertakwa, meskipun mereka tidak luput dari sifat marah, akan tetapi kerena mereka selalu berusaha melawan keinginan hawa nafsu, maka mereka pun selalu mampu meredam kemarahan mereka karena Allah Ta’ala.

Penutup : 

Demikianlah tulisan ringkas ini, semoga bermanfaat bagi semua dan menjadi muhasabah diri untuk selalu berusaha menundukkan hawa nafsu dan menahan kemarahan, agar terhindar dari segala keburukan.

Akhir kata, dengan memohon kepada Allah Ta’ala dengan nama-nama-Nya yang maha indah dan sifat-sifat-Nya yang maha sempurna, agar dia senantiasa menganugerahkan kepada kita petunjuk dan taufik-Nya untuk memiliki sifat-sifat yang baik dan mulia dalam agama-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa. Amin. Amin. Amin ya rabball 'alamin


3 Rabiul Akhir 1436 H - Fuad Rahardi


Translate