2.1. Pendapatan
2.1.1 Pengertian Pendapatan
Pendapatan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan,
semakin besar pendapatan yang diperoleh maka semakin besar kemampuan
perusahaan untuk membiayai segala pengeluaran dan kegiatan-kegiatan yang
akan dilakukan oleh perusahaan.
Selain itu pula pendapatan juga berpengaruh terhadap laba rugi
perusahaan yang tersaji dalam laporan laba rugi. Dan yang perlu diingat
lagi, pendapatan adalah darah kehidupan dari suatu perusahaan. Tanpa
pendapatan tidak ada laba, tanpa laba, maka tidaka ada perusahaan. Hal
ini tentu saja tidak mungkin terlepas dari pengaruh pendapatan dari
hasil operasi perusahaan.
Pengertian tentang pendapatan itu sendiri ada beberapa macam, berikut
ini ada beberapa pandangan yang menegaskan arrti konseptual dari
pendapatan. Sebelum penulis lebih lanjut menelaah mengenai pengertian
pendapatan, maka terlebih dahulu perlu diketahui mengenai konsep
kesatuan usaha.
Konsep kesatuan usaha menurut Zaki Baridwan (1992 : 8 ) adalah sebagai berikut:
“Konsep ini menyatakan bahwa dalam akuntansi perusahaan dipandang
sebagai suatu kesatuan usaha atau badan usaha yangberdiri sendiri,
bertindak atas namanya sendiri da terpisah dari pemilik dan pihak lain
yang menanamkan dana dalam perusahaan”.
Berdasarkan konsep kesatuanusaha diatas, konsep tersebut mempunyai koknsekuensi yaitu bahwa pendapatan dan laba harus dipandang sebagi kenaikan kekayaan perusahaan, sedangkan biaya dan rugi sebagai pengurang kekayaan perusahaan. Oleh karena itu, Standar Akuntansi harus menyelesaikan pengertian pendapatan dan biaya dengan memendangnya sebagai perubahan kekayaan, buka sebagai kenaikan atau penurunan kekayaan pemilik atau pemegang saham.
Ikatan akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK) No. 23 mendefinisikan pendapata sebagai berikut:
“Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul
dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk
iti mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi
penanam modal.”
Disamping definisi yang dinyatakan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia.
Untuk menyatakan gambran yang lebih lengkap mengenai pengertian
pendapatan, penulis akan mengutip pendapat-pendapat yang diambil dari
berbagai macam bacaan.
Menurut Zaki Baridwan dalam Buku Intermediate Accounting merumuskan pengertian pendapatan adalah:
“Pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badn usaha atau pelunasan utang (atau kombinasi dari keduanya) selama suatu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan lain yang merupakan kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama adan usaha”
“Pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badn usaha atau pelunasan utang (atau kombinasi dari keduanya) selama suatu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan lain yang merupakan kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama adan usaha”
Menurut M. Munandar ( 1981 : 16 ) yang mengemukakan bahwa pendapatan adalah:
“Sutau pertambahan assets yang mengakibatkan bertambahnya Owner’s Equity, tetapi bukan karena panambahan modal dari pemiliknya, dan bukan pula merupakan pertambahan assets yang disebabkan karena betambahnya liabilities”
“Sutau pertambahan assets yang mengakibatkan bertambahnya Owner’s Equity, tetapi bukan karena panambahan modal dari pemiliknya, dan bukan pula merupakan pertambahan assets yang disebabkan karena betambahnya liabilities”
Menurut Eldon S. Hendriksen ( 2000 : 374 ) dalam Teori Akuntansi menjelaskan bahwa pendapatan adalah:
“Pendapatan (revenue” dapat mendefinisikan secara umum sebagai hasil dari suatu perusahaan. Hal itu biasanya diukur dalam satuan harga pertukaran yang berlaku. Pendapatan diakui setelah kejadian penting atau setelah proses penjualan pada dasarnya telah diselesaikan. Dalam praktek ini biasanya pendapatan diakui pada saat penjualan”
“Pendapatan (revenue” dapat mendefinisikan secara umum sebagai hasil dari suatu perusahaan. Hal itu biasanya diukur dalam satuan harga pertukaran yang berlaku. Pendapatan diakui setelah kejadian penting atau setelah proses penjualan pada dasarnya telah diselesaikan. Dalam praktek ini biasanya pendapatan diakui pada saat penjualan”
Disamping definisi yang dinyatakan diatas terdapat definisi
pendapatan dari C. Rollin Niswonger, Carl S. Warren dan Philip E. Fess (
1992:56-57):
“Pendapatan merupakan kenaikan kotor atau garis dalam modal pemilik
yang dihasilkan dari penjualan barang dagangan, pelayanan jasa kepada
klien, penyewaan harta, peminjaman uang dan semua kegiatan yang
bertujuan untuk memperoleh penghasilan”.
Sofyan Syafri Harahap (2001:236) mengemukakan bahwa pendapatan adalah
: “Pendapatan adalah hasil penjualan barang dan jasa yang dibebankan
kepada langganan/mereka yang menerima”.
Eldon Hendriksen mengemukakan definisi mengenai pendapatan sebagai
berikut: :Konsep dasar pendapatan adalah pendapatan merupakan proses
arus, yaitu penciptaan barang dan jasa selama jarak waktu tertentu”.
Definisi-definisi diatas memperlihatkan bahwa ada 2 konsep tentang pendapatan yaitu sebagai berikut:
1. Konsep Pendapatan yang meusatkan pada arus masuk (inflow) aktiva
sebagai hasil dari kegiatan operasi perusahaan. Pendekatan ini
menganggap pendapatan sebagai inflow of net asset.
2. Konsep Pendapatan yang memusatkan perhatian kepada penciptaan barang dan jasa serta penyaluran konsumen atau produsen lainnya, jadi pendekatan ini menganggap pendapatan sebagai outflow of good and services.
2. Konsep Pendapatan yang memusatkan perhatian kepada penciptaan barang dan jasa serta penyaluran konsumen atau produsen lainnya, jadi pendekatan ini menganggap pendapatan sebagai outflow of good and services.
Jika pendapatan dirumuskan dengan cara lain maka pengecualian harus
dinyatakan dengan jelas, misalnya pendapatan diakui sebelum arus masuk
aktiva benar-benar terjadi.
Konsep dasar pendapatan yang diungkapkan oleh Patton dan Littleton
dinamakan sebagai produk perusahaan yang menekankan bahwa pendapatan
merupakan arus yaitu penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan.
2.2 Sumber-Sumber Pendapatan
Soemarso SR mengatakan pendapatan dalam perusahaan dapat
diklasifikasikan sebagai pendapatan opeerasi dan non operasi. Pendapatan
operasi adalah pendapatan yang diperoleh dari aktivitas uama
perusahaan. Sedangkan, pendapatan non opearsi adalah pendapatan yang
diperoleh bukan dari kegiatan utama perusahaan.
Jumlah nilai nominal aktiova dapat bertambah melalui berbagai
transaksi tetapi tidak semua transaksi mencerminkan timbulnya
pendapatan. Dalam penentuan laba adalah membedakan kenaikan aktiva yang
menunjukkan dan mengukur pendapatan kenaikan jumlah nilai nominal
aktiva dapat terjadi dari:
1. Transaksi modal atau endapatan yang mengakibatkan adanya tambahan dana yang ditanamkan oleh pemegang saham.
2. Laba dari penjualan aktiva yang bukan berupa “barang dagangan” seperti aktiva tetap, surat-surat berharga, atau penjualan anak atau cabang perusahaan.
3. Hadiah, sumbangan, atau penemuan.
4. Revaluasi aktiva.
5. Penyerahan produk perusahaan, yaitu aliran penjualan produk.
2. Laba dari penjualan aktiva yang bukan berupa “barang dagangan” seperti aktiva tetap, surat-surat berharga, atau penjualan anak atau cabang perusahaan.
3. Hadiah, sumbangan, atau penemuan.
4. Revaluasi aktiva.
5. Penyerahan produk perusahaan, yaitu aliran penjualan produk.
Dari kelima sumber tambahan aktiva diatas hanya butir kelima yang
harus diakui sebagai sumber pendapatan walaupun laba atau rugi mungkin
timbul dalam hubungannya dengan penjualan aktiva selain produk
sebagaimana yang disebutkan dalam butir ke-dua.
2.3. Proses Pendapatan
Ada dua konsep yang sangat erat hubungannya dengan masalah proses
pendapatan yaitu konsep proses pembentukan pendapatan (Earning Process)
dan proses realisasi pendapatan (Realization Process).
1. Proses pembentukan pendapatan (Earnings Process)
Proses pembentukkan pendapatan adalah suatu konsep tentang terjadinya
pendapatan. Konsep ini berdasrkan pada asumsi bahwa semua kegiatan
opoerasi yang diperlukan dalam rangka mencapai hasil, yang meliputi
semua tahap kegiatan produksi, pemasaran, maupun pengumpulan piutang,
memberikan kontribusi terhadap hasil akhir pendapatan berdasarkan
perbandingan biaya yang terjadi sebelum perusahaan tersebut melakukan
kegiatan produksi.
2. Proses realisasi pendapatan (realization Process)
Proses realisasi pendapatan adalah proses pendapatan yang terhimpun
atau terbentuk sesudah produk selesai dikerjakan dan terjual atas
dkontrak penjualan. Jadi, pendapatan dimulai dengan tahap terakhir
kegiatan produksi, yaitu pada saat barang atau jasa dikirimkan atau
diserahkan kepada pelanggan. Jika, kontrak penjualan mendahului produksi
barang atau jasa maka pendapatan belum dapat dikatakan terjadi, karena
belum terjadi proses penghimpunan pendapatan.
Proses realisasi pendapatan ditandai oleh dua kejadian berikut ini:
? Kepastian perubahan produk menjadi potensi jasa yang lain melalui proses penjualan yang sah atau semacamnya.
? Pengesahan atau validasi transaksi penjualan tersebut dengan aktiva lancar.
? Pengesahan atau validasi transaksi penjualan tersebut dengan aktiva lancar.
2.4. Penilaian, Pengukuran, Pengakuan, dan Pemgungkapan Pendapatan.
2.4.1. Penilaian Pendapatan
Standar Akuntansi memberikan pedoman dasar penilaian yang dapat
digunakan untuk menentukan berapa rupiah yan diperhitungkan dan dicatat
pertama kali dalam suatu transaksi atau berapa jumlah rupiah yang harus
diletakkan pada suatu akun dalam laporan keuangan.
Ada empat dasar dalam penilaian pendapatan antara lain sebagai berikut:
1. Biaya Historis (historical cost) : Aktiva dicatat sebesar
pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar ssebesar nilai wajar dari
imbalan yang diberikan untuk memperoleh aktiva tersebut pada saat
perolehan.
2. Biaya Kini (current cost): aktiva dinilai dalam wujud kas (atau
setara kas) yang seharusnya dibayar bila aktiva yang sama atau setara
yang diperoleh sekarang.
3. Nilai realisasi atau penyelesaian (realization/settlement value) :
Aktiva dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang sama atau
setara aktiva yang sekarang dengan menjual aktiva dalam pelepasan normal
(orderly disposal).
4. Nilai sekarang (present value) : Aktiva dinyatakan sebesar kas
masuk bersih dimasa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos
yang diharapkan dapat memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal.
2.4.2. Pengukuran Pendapatan
Ada dua hal yang perlu diperhatikan pada saat suatu pendapatan
diakui, yaiti pengukuran pendapatan dengan satuan atau ukuran moneter
dan penetapan waktu bahwa pendapatan tersebut dapat dilaporkan sebagai
pendapatan.
Ikatan Akuntan Indonesia (2002:23) memberikan ketentuan mengenai
pengukuran pendapatan yang dinyatakan dalam Standar Akuntansi Keuangan
yang isinya sebagai berikut:
“Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang dapat
diterima, jumlah pendapatan yang imbul dari suatu transaksi biasanya
ditentukan oleh persetujuan antra perusahaan pembeli atau pemakai
perusahaan tersebut. Jumlah tersebut, dapat diukur denga nilai wajar
imbalan yang diterima atau yang dapat diterima perusahaan dikurangi
jumlah diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan perusahaan”.
Pendapatan dapat diukur dengan nilai tukar, ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam nilai tukar ini yaitu sebagai berikut:
1. Potongan pembayaran dan pengurangan lain dari harga seperti rugi
[iutang ragu-ragu perlu disesuaikan untuk menghitung net cash yang
sebenarnya.
2. Untuk transaksi bukan dengan kas., apabila nilai dari barang yang diserahkan dianggap sama dengan nilai pasar wajar dari barang yang akan diterima maka nilai tukarnya adalah nilai buku barang yang akan diterima lebih atau kurang dari nilai buku barang yang akan diserahkan maka selisihnya nilai pasar barang yang diterima dengan nilai buku barang yang diserahkan merupakan keuntungan.
2. Untuk transaksi bukan dengan kas., apabila nilai dari barang yang diserahkan dianggap sama dengan nilai pasar wajar dari barang yang akan diterima maka nilai tukarnya adalah nilai buku barang yang akan diterima lebih atau kurang dari nilai buku barang yang akan diserahkan maka selisihnya nilai pasar barang yang diterima dengan nilai buku barang yang diserahkan merupakan keuntungan.
Berikut ini ada berbagai macam dasar pengukuran pendapatan antara lain:
a) Cash Equivalent
Jumlah rupiah kas penghargaan produk yang terjual baru akan menjadi pendapatan yang sepenuhnya setelah produk yang tejual baru akan diproduksi dan penjualan benar-benar terjadi.
b) Nilai setara kas
a) Cash Equivalent
Jumlah rupiah kas penghargaan produk yang terjual baru akan menjadi pendapatan yang sepenuhnya setelah produk yang tejual baru akan diproduksi dan penjualan benar-benar terjadi.
b) Nilai setara kas
Jumlah rupiah kas yang diperkirakan atau diterima atau dibayarkan
pada masa mendatang dari hasil, penjualan aktiva dalam kegiatan normal
perusahaan.
c) Harga dibawah harga pasar
Harga pasar yang berlaku sekarang tetap, nilainya dibawah harga semula.
d) Harga pasar
Harga jual bersih yang diperkirakan dikurangi biaya simpanan, biaya penjualan, dan biaya penyerahan produk.
e) Harga kesepakatan
Harga dimana yang nerupakan kesepakatan dengan pelanggan dari setiap jumlah rupiah penjualan yang disepakati dengan pelanggan.
2.4.3. Pengakuan Pendapatan
Tujuan dari semua usaha pada akhirnya dalah untuk mendapatkan
pendapatan yang bias meningkatkan nilai perusahaan. Secara umu,
pendapatan diakui pada saat realisasinya atau sepanjang tahap
(siklus)operasi.
Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 menjelaslan kapan suatu pendapatan diakui adalah sebagai berikut:
Ikatan Akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 menjelaslan kapan suatu pendapatan diakui adalah sebagai berikut:
1. Pendapatan dari transaksi penjuala produk diakui pasa saat tanggal
penjualan, biasanya merupakan tanggal penyerahan produk kepada
pelanggan.
2. Pendapatan atas jasa yang diberikan oleh perusahaan jasa diakui
pada saat jasa tersebut telah dilakukan dapat dibuat fakturnya.
3. Imbalan yang diperoleh atas penggunaan aktiva sumber-sumber
ekonomi perusahaan oleh pihak lain, seperti” pendapata bunga, dan
royalty diakui sejalan dengan berlakunya waktu atau pada saat digunakan
aktiva yan bersangkutan.
4. Pendapatan dari penjualan aktiva diluar barang dagangan seperti
penjualan aktiva tetap atau surat berharga diakui pada saat tangal
penjualan.
Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau
yang dapat diterima. Pada umumnya imbalan tersebut berbentuk kas atau
setara kas. Bila arus masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan, nilai
wajar dari imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal dari kas
yang diterima atau yang dapat diterima.
Berkaitan dengan masalah pendapatan tersebut, ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang prinsip pengakuan pendapatan yang menyatakan bahwa pendapatan harus diakui dalam laporan keuangan ketika:
1. Pendapatan dihasilkan, dan
2. Pendapatan direalisasi atau dapat direalisasi.
Berkaitan dengan masalah pendapatan tersebut, ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang prinsip pengakuan pendapatan yang menyatakan bahwa pendapatan harus diakui dalam laporan keuangan ketika:
1. Pendapatan dihasilkan, dan
2. Pendapatan direalisasi atau dapat direalisasi.
Pengakuan pendapatan mendapat kendala yaitu proses penentuan kapan
pendapatan dapat diakui dan dilaporkan untuk suatu periode tertentu dan
berapa jumlahnya, proses penetuan waktu dan besarnya pendapatan yang
diakui ini berkaitan dengan konsep realisasi pendapatan (Revenue
Realization)
Eldon S HEndriksen mengutp pernyataan American Accounting Association
Committee on Concept and Standard External reporting mengenai realisasi
ini yaitu:
“Realisasi bukan suatu determinan dalam konsep laba, realisasi hanya berfungsi sebagai pedoman memutuskan kapan kejadian yang jika dipecahkan sebagai termasuk dalam laba objektif yaitu apabila ketidakpastian telah sampai tingkat yang dapat diterima”.
“Realisasi bukan suatu determinan dalam konsep laba, realisasi hanya berfungsi sebagai pedoman memutuskan kapan kejadian yang jika dipecahkan sebagai termasuk dalam laba objektif yaitu apabila ketidakpastian telah sampai tingkat yang dapat diterima”.
Secara teoritik titik waktu dari pengakuan pendapatan dapat dilakukan pada berbagai saat, yait:
1. Pengakuan pendapatan diakui pada saat proses produksi
2. Pengakuan pendapatan diakui pada saat selesainya produksi
3. Pengakuan pendapatan diakui pada saat penjualan
4. Pengakuan pendapatan diakui pada saat penerimaan kas
1. Pengakuan pendapatan diakui pada saat proses produksi
2. Pengakuan pendapatan diakui pada saat selesainya produksi
3. Pengakuan pendapatan diakui pada saat penjualan
4. Pengakuan pendapatan diakui pada saat penerimaan kas
1. Pengakuan pendapatan diakui pada saat proses produksi
Pengakuan pendapatan diakui pada saat proses produksi biasanya
dilakukan oleh perusahaan yang menjalankan produksi untuk kontrak jangka
panjang. GAAP memperbolehkan dua metode akuntansi untu pendapatan atas
kontrak jangka panjang, yaitu sebagai berikut:
a. Metode Persentase Penyelesaian (Percentage of Completion Method)
Metode persentase penyelesaian adalah bentu alternative atas metode
kontrak selesai. Dalam metode ini, pengakuan pendapatan dicatat
berdasarkan tingkat kemajuan pekerjaan atau dengan kata lain jumlah
pendapatan yang diakui untuk tiap periode ditentukan berdasarkan tingkat
penyelesaian, bagian pendapatan dan beban (dan juga laba) diakui ketika
dihasilkan pada setiap periode akuntansi.
Besarnya tingkat penyelesaian dari suatu kontrak harus diukur dimana pengukuran yang biasa digunakan adalah pengukuran masukan dan pengukuran keluaran.
Besarnya tingkat penyelesaian dari suatu kontrak harus diukur dimana pengukuran yang biasa digunakan adalah pengukuran masukan dan pengukuran keluaran.
1. Pegukuran masukan (input measure)
Pengukuran masukan adalah upaya yang dikorbankan pada suatu proyek
pada tanggal tertentu dibandingkan dengan total upaya yang diperkirakan
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek. Pengukuran ini meliputi:
? Metode biaya ke biaya (cost to cost method)
Metode ini paling sering digunakan, dimana tingkat penyelesaian
ditentukan dengan membandingkan biaya yang telah dikeluarkan dengan
estimasi biaya total yang diharapkan.
? Metode usaha yang diupyakan (effort expended method)
Metode ini didasarkan oleh ukuran dari pelaksanaan pekerjaan yang
meliputi jam kerja, upah, jam mesin, atau kuantitas bahan. Bahan
penyelesaian dengan menggunakan metode ini diperoleh dengan cara yang
sama seperti metode biaya ke biaya.
2. Pengeluaran keluaran (output measure)
Pengukuran keluraran adalah hasil pada tanggal tertentu dibandingkan dengan total hasil kerja proyek yang diselesaikan. Pengukuran pendapatan dengan menggunakan ukuran keluaran didasarkan pada hasil yang dicapai dengan nilai tambah.
2. Pengeluaran keluaran (output measure)
Pengukuran keluraran adalah hasil pada tanggal tertentu dibandingkan dengan total hasil kerja proyek yang diselesaikan. Pengukuran pendapatan dengan menggunakan ukuran keluaran didasarkan pada hasil yang dicapai dengan nilai tambah.
b. Metode kontrak selesai (completed contract method)
Menurut metode ini, pendapatan diakui jika pekerjaan sudah selesai
100%. Semua biaya selama pelaksanaan dalam pekerjaan. Tagihan atas
kemajuan tidak dicatat sebagaimana pendapatan, tetapi diakumulasikan
dalam akun kontrak persediaan. Metode kotrak selesai harus digunakan
hanya:
(1) Jika suatu entitas terutama mempunyai kontrak jangka pendek,
(2) Jika syarat-syarat untuk menggunakan metode persentase penyelesaian tidak dapat dipenuhi, atau
(3) Jika terdapat bahaya yang melejat dalam kontrak itu diluar resiko bisnis yang normal dan berulang.
(1) Jika suatu entitas terutama mempunyai kontrak jangka pendek,
(2) Jika syarat-syarat untuk menggunakan metode persentase penyelesaian tidak dapat dipenuhi, atau
(3) Jika terdapat bahaya yang melejat dalam kontrak itu diluar resiko bisnis yang normal dan berulang.
Metode kontak selesai (completed contract method) ini hanya akan
diguakan jika metode perssentase penyelesaian (percentage of completion
method) tidak tepat.
2. Pengakuan pendapatan pada saat selesainya produksi
2. Pengakuan pendapatan pada saat selesainya produksi
Pengakuan pendapatan atas dasar penyelesaian produksi ditujukan untuk produk dalam criteria;
(1) Adanya harga jual yang dapat ditentukan atau harga pasar yang stabil,
(2) Biaya pemasaran yang tidak besar,
(3) Unit-unit yang dipertukarkan pelaoran pendapatan pada waktu penyelesaian produksi tergantung pada tingkat kepastian diaman harga jual dan biaya tambahan dapat diestimasi.
(1) Adanya harga jual yang dapat ditentukan atau harga pasar yang stabil,
(2) Biaya pemasaran yang tidak besar,
(3) Unit-unit yang dipertukarkan pelaoran pendapatan pada waktu penyelesaian produksi tergantung pada tingkat kepastian diaman harga jual dan biaya tambahan dapat diestimasi.
Kriteria utama untuk menmggunakan metode ini adalah kemampuan
realisasi yang handal yaitu produk harus dapat dipasarkan segera pada
harga tertentu yang dapat dipengaruhi produsen tertentu.
3. Pengakuan pandapatan pada saat penjualan
Untuk tujuan pengakuan pendapatan saat terjadinya penjualan merupakan
dasar yang paling utama. Hal tersebut didukung dengan alasan antara
lain:
? Harga produk sekarang sudah lebih pasti.
? Produk telah berada diluar perusahaan dan aktiva baru sudah menggantikannya, yakni pertukaran telah terjadi.
? Untuk sebagian perusahaan, penjualan diasumsikan sebagai peristiwa keuangan yang paling penting dalam kegiatan ekoknomi perusahaan.
? Sebagian besar biaya yang menyangkut pembuatan atau peroleha produk dan biaya pelepasan sekarang telah terjadi atau sekarang sudah ditentukan.
? Harga produk sekarang sudah lebih pasti.
? Produk telah berada diluar perusahaan dan aktiva baru sudah menggantikannya, yakni pertukaran telah terjadi.
? Untuk sebagian perusahaan, penjualan diasumsikan sebagai peristiwa keuangan yang paling penting dalam kegiatan ekoknomi perusahaan.
? Sebagian besar biaya yang menyangkut pembuatan atau peroleha produk dan biaya pelepasan sekarang telah terjadi atau sekarang sudah ditentukan.
Dasar pengakuan ini sangat tepat untuk diterapkan pada perusahaan
yang bergerak dlam bidang produksi atau perusahaan dagang. Kegiatan
penjualan merupakan hal yang paling menentukan dan mempunyai arti
keuangan sebab transaksi penjualan mengakibatkan masuknya aktiva bau
kedalam perusahaan yang berupa kas atau piutang.
4. Pengakuan pendapatan pada saat penerimaan kas
Penerimaan kas merupakan hal yang signifikan dalam pengukuran
pendapatan. Umumnya, tidak kritis dalam proses opersaional untuk
meningkatkan aktiva bersih perusahaan. Penerapan dasar penerimaan kas
paling banyak dijumpai dalam perusahaan yang melakukan penjualan yang
bayarannya secara angsuran.
Dalam perusahan jasa, kalau satuan jasa dilakukan dalam waktu relative pendek. Misalnya, perusahaan angkutan atau bioskop maka saat penerimaan uang dari konsumen hamper bersamaan dengan penyerahan jasa sehingga keduanya dapat dijadikan dasar dalam pengukuran dan pengakuan pendapatan. Untuk jangka panjang didalam satuan jasa, misalnya penyewaan ruangan atau bangunan maka terdapat perbedaan antara jumlah rupiah pendapatan yang diakui dala suatu periode atas dasar penerimaan uang.
2.4.4. Pengungkapan Pendapatan
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 mengenai
pengungkapan pendapatan, perusahaan harus mengungkapkan sebagai berikut:
a. Kebijakan akuntansi yang dianut untuk pengakuan pendapatan
termasuk metode yang dianut untuk menentkan tingkat penyelesaian
transaksi penjualan jasa.
b. Jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan diakui selama periode tersebut termasuk pendapatan dari:
(1) Penjualan barang
(2) Penjualan Jasa
(3) Bunga
(4) Dividen, dan
(5) Royalty.
b. Jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan diakui selama periode tersebut termasuk pendapatan dari:
(1) Penjualan barang
(2) Penjualan Jasa
(3) Bunga
(4) Dividen, dan
(5) Royalty.
2.5. Kriteria Pengakuan Pendapatan
Pengaakuan pendapatan yang diajukan oleh Financial Accounting Standard Board (FASB) ada dua kriteria yaitu sebagai berikut:
1. Pendapatan baru diakui jika jumlah pendapatan terealisasi atau cukup pasti akan segera terealisasi.
2. Pendapatan baru adapat diakui jika pendapatan tersebut sudah terbentuk atau terhimpun.
2.5.1. Metode Pencatatan Pendapatan
2. Pendapatan baru adapat diakui jika pendapatan tersebut sudah terbentuk atau terhimpun.
2.5.1. Metode Pencatatan Pendapatan
Di dalam laporan akuntansi dasar pencatatan pendapatan harus berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Nilai ekonomis harus sudah ditambahkan perusahaan pada produknya
2. Jumlah pendapatan harud dapat diukur
3. Pengukuran yang dilakukan haruslah bebas
4. Biaya-biaya yang berkaitan harus dapat diestimasi dengan tingkat kecermatan yang memuaskan.
2. Jumlah pendapatan harud dapat diukur
3. Pengukuran yang dilakukan haruslah bebas
4. Biaya-biaya yang berkaitan harus dapat diestimasi dengan tingkat kecermatan yang memuaskan.
Metode dalam pencatatan pendapatan terdiri dari dua metode, yaitu
sebagai berikut: metode berbasis kas(cash basis method) dan metode
aberbasis akrual (accrual basis method)
1. Metode cash basis
Suatu system dimana pendapatan belum diakui sebelum pendapatan
tersebut belum diterima. Metode ini banyak digunakan pada perusahaan
kecil dan orang-orang yang menjual jasa, pada umumnya adalah orang-orang
yang memiliki keahlian tertentu.
2. Metode accrual basis
Metode pencatatan pendapatan, dimana pendapatan itu dicatat pada saat
sudah terjadi hak tanpa memperhatikan pendapatan tersebut diterima.
Keuntungan metode ini adalah karena metode ini sangat teliti dalam
pengukuran keuntungan (dalam laporan laba rugi) dan neraca selisih.
2.6. Metode pengakuan pendapatan untuk penjualan jasa
Ada empat metode pengakuan pendapatan untuk perusahaan yang
kegiatannya sebagian besar dalam penjualan jasa dibandingkan produksi
yaitu sebagai berikut:
1. Metode kinerja khusus
Metode ini digunakan untuk penapatan jasa yang dihasilkan dengan melakukan aksi tunggal.
Sebagai contoh: seorang dokter gigi menghasilkan pendapatan atas penyelesaian penambalan gigi.
Sebagai contoh: seorang dokter gigi menghasilkan pendapatan atas penyelesaian penambalan gigi.
2. Metode Kinerja Profesional
Metode ini digunakan untuk mengakui pendapatan jasa yang dihasilkan
oleh lebih dari satu aksi tunggal dan hanya ketika jasa melebihi satu
periiode akuntansi.
3. Metode Kinerja Selesai
Metode ini digunakan untuk mengakui pendapatan jasa yang dihasilkan
dengan melakukan serangkaian tindakan dimana yang terakhir sangat
penting dalam hubungannya dengan total transaksi jasa dimana pendapatan
jasa dianggap telah dihasilkan hanya setelah tindakan terakhir terjadi.
Metode ini serupa dengan metode kontrak selesai, yang digunakan untuk
kontrak jangka panjang.
4. Metode Penagihan
Metode ini digunakan untuk pendapatamn jasa ketika ketdakpastian
penagihan sangat tinggi atau estimasi beban yang terkait dengan
pendapatan tidak dapat dipercaya sehingga persyaratan reliabilitas tidak
dipenuhi. Pendapatan diakui hanya ketika kas diperoleh. Metode ini
serupa dengan metode pemulihan biya yang digunakan untuk penjualan
produk.
2.7. Konsep dasar yang diperkirakan dalam pengakuan pendapatan
Ada beberapa konsep dasar yang melandasi laporan keuangan antara lain sebagai berikut:
1. Konsep Upaya dan HAsil (effort and accomplishment concept)
Konsep ini menyatakan bahwa kas merupakan pengukur upaya dan pendapatan merupakan pengukur hasil.
2. Konsep Bukti Berdaya Uji dan Objektif
Laporan keuangan akan mempunyai tingkat manfaat dan tingkat keandalan
6yang cukup tinggi apabila data keuangan didalamnya di dukung oleh
bukti-bukti yang objektif dan dapat diuju kebenarannya,
3. Konsep Akuntansi mengakui adanya asumsi yang relevan (assumption consept)
Konsep akuntansi menagkui adanya asumsi-asumsi seperti bidang
pengetahuan lain, dalam banyak hal konsep dasar akuntansi dengan
sendirinya merupakan asunsi atau paling tidak didasarkan atas asumsi
yangtidak dapat diuji validitasnya dengan pembuktian yang tuntas tetapi
dianggap mempunyai relevansi dengan tujuan pelaporan keuangan.
4. Konsep Biaya Historical
4. Konsep Biaya Historical
Konsep biaya histories merupakan pengukur potensi jasa yang paling
objektif untuk jasa yang baru diperoleh. Baiaya histories ini
menunjukkan harga pertukaran padasaat terjadinya salah satu keunggulan
biaya histories yang terjadi dari hasil kesepakatan dua pihak yang
independent.
---
DAFTAR PUSTAKA
Zaki Baridwan, (1997) Intermediate Accounting, BPFE. Yogyakarta, Yogyakarta.
Dyckman, Dukes dan Davis (1999), Akuntansi Keuangan Menengah I
(terjemahan), Jilid I, Edisi 3, Alih Bahasa : Munir Ali, Jakarta:
Erlangga.
Harahap, Sofyan Syafri, (2001), Teori Akuntansi, Peneribit Raja Grafindo Persada. Jakarta
Eldon S. Hendriksen,(1997), Teori Akuntansi, (terjemahan), Alih Bahasa : Wimliyono, Edisi 4. Jakarta,Erlangga.
------------- and Michael F. Van Breda, (2000), Teori Akunting,
(terjemahan) Buku I, Edisi Kelima, Penerbit Interaksara, Jakarta, hal.
374.
Ikatan Akuntan Indonesia, (2002), Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
M. Munandar (1981), Pokok-pokok Intermediate Accounting, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
C. Rollin Niswonger, Carl S. Warren dan Philip E. Fess, (1992),
Prinsip-prinsip Akuntansi (terjemahan), Alih Bahasa : Alfonsus Sirait,
Jilid I, Edisi 16, Penerbit Erlangga, Jakarta, Hal. 56-57.
Suwardjono, (1989), Teori Akuntansi, Penerbit BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.
Soemarsono. SR, (2000) Akuntansi Suatu Pengantar, Jilid 2, Edisi 4, Jakarta PT. Rineka Cipta.
Tuanakotta, Theodorus M., (2000), Teori Akuntansi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
---