Kamis, 03 Oktober 2019

Sopir Truk

Setelah melewati lelahnya mencari nafkah, sore hari itu aku bersiap-siap bergegas pulang kerumah. Dengan hati yang penat aku hidupkan mesin roda empatku yang masih nyicil itu dan langsung saja kujalankan menuju rumah. Melewati padatnya jalanan provinsi jambi yang kian hari makin ramai pengguna jalannya, ditambah dengan segerombolan truk batu bara yang kalo konfoi sulit sekali untuk dilalui. Tak jarang diriku berhayal pengen sekali cepat sampai kerumah, "Andai punya pesawat terbang mungkin lima menit udah sampai atau punya pintu ajaib layaknya cerita fiksi yang legend ! siapa lagi kalo bukan doeramon pasti menyenangkan kali ya bisa menghemat waktu perjalanan". Maklum saja tempat ku bekerja mencari pundi pundi rupiah memang lumayan jauh, kira kira 100 KM jaraknya atau kalo dihitung durasinya sekitar 2,5 jam lebih. Takut pulang terlalu malam dan kasihan sama istri yang lagi hamil muda menungguku tiba dirumah, tanpa rasa ragu lagi kupacu kencang laju kendraanku.

Allah hukabar Allah huakbar, adzan Magribpun terdengar ditengah-tengah perjalanan. Tak seperti biasa, saat itu aku ingin sholat berjamaah karena biasanya aku mengerjakan sholat di perjalanan suka agak telat walaupun sudah ketemu mesjid, maklumlah aku orang yang suka pilih pilih mesjid. Siapa tahu didepan ada mesjid lagi ! Kan belum habis juga waktunya, begitu hatiku sering berbisik, dan sebab itulah aku jarang sekali bisa sholat berjamah.

Lalu akupun langsung mencari mesjid, terserah aja deh dimana yang penting dipinggir jalan, pikirku. Dan tak butuh waktu lama Alhamdulillah akhirnya kulepas pedal gasku dan kuinjak pedal rem tepat didepan pintu mesjid dipinggir jalan lintas Jambi-bulian, tanpa pikir panjang akupun bersuci dan menunaikan sholat magrib mengikuti imam.

Seusai sholat magrib akupun berdoa seperti biasa meminta hajat pribadi yang banyak, habisnya keinginanku juga banyak sekali hehe. Setelahnya aku keluar dari mesjid dan hendak melanjutkan perjalanan, sesampai didepan teras / halaman mesjid  akupun terdiam, terenyuh, bukan karena sendalku hilang tapi karena melihat kendaraan tronton atau truk yang berhenti didekat mesjid.

Sambil melanjutkan perjalanan aku melamun tentang yang kulihat seusai sholat tadi. Mari kita fikirkan kawan ! Supir truk aja mau sholat tepat waktu masak sih kita tidak, rasa malu pun seketika menyelimuti hati. Betapa banyak nikmat Rabku yang telah dianugerakannya kepadaku. pekerjaan yang jauh lebih nyaman dari seorang supir truk, duduk dibawah ruang ber AC, dan sebagainya. Padahal kalo kita pikir lagi, supir truk itu berat loh kerjanya, hidupnya kebanyakan dijalan. Ya boleh kita bilang seperti musafirlah, bahkan banyak supir truk itu kehidupannya gak jelas, maksudnya gak jelas mandinya dimana , makannya dimana, nasibnya dijalan gimana, bahkan dulu waktu aku kuliah sering mendengar supir truk suka jajan di warung2 remang tapi baru ini ku lihat dibalik kesensaraan dan penderitaannya itu mereka masih ingat Allah. Jujur aku katakan aku kagum sekali dengan mereka, walapun tak semua dari mereka ada yang sperti itu.

Hikmah yang bisa diambil dari kisah ini, marilah mulai saat ini kita belajar untuk selalu bersyukur dan bersabar dengan kehidupan kita. Salah satu caranya dengan bersemangat beribadah kepada Allah dan jangan sampai kita menjadi orang yang kufur nikmat karena tak bersyukur dan bersabar. Masak kita kalah dengan sopir truk untuk urusan akhirat sedangkan nikmat dunia yang kita dapat jauh lebih banyak. Nikmat mana lagi yang kau dustakan kawan. Semoga kita dapat menjadi orang yang ahli bersyukur dan bersabar. Amin ya rabbal alamin.

Tidak ada komentar:

Translate